Cari Blog Ini

Senin, 01 April 2013

RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN FILAFAT ILMU


A.      Pendahuluan
Ruang lingkup dalam bidang filsafat mencakup dua pokok bahasan yaitu, sifat ilmu pengetahuan dan  cara-cara mengusahakan pengetahuna ilmiah. Bidang pertama berkaitan dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat serta bentuk pengetahuan manusia. Bidang kedua berkaitan dengan logika dan metodologi, pada bidang ini filsafat sering disamakan pengertiannya dengan metodologi.
Filsafat ilmu dikolompokan menjadi dua, yaitu :
1.   Filsafat ilmu umum
Kelompok ini mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu.
2.   Filsafat ilmu khusus
Kelompok ini membahas tentang kategori serta metode yang digunakan pada ilmu tertentu.
Filsafat ilmu dapat pula dikelompokan berdasarkan model pendekatan, yaitu :
1.      Filsafat ilmu terapan
Yaitu filsafat ilmu yang mengkaji pokok pikiran yang melatarbelakangi pengetahuan normatif ilmu. Filsafat ilmu terapan bertitik tolak dari ilmu bukan dari filsafat. Filsafat ilmu terapan sebagai pengetahuan normatif mencakup Pengetahuna yang berpola hakekat keilmuan, pengetahuan model praktik ilmiah dari pola pikir, pengetahuan dari berbagai sarana ilmu, dan serangkaian nilai yang bersifat etis.
2.      Filsafat ilmu murni
Yaitu bentuk kajian filsafat yang menelaah  secara kritis dan eksploratif terhadap materi kefilsafatan dan membuka kemungkinan berkembangnya ilmu baru. Filsafat ilmu murni berasal dari kajian filosofis asumsi dasar yang berlaku pada ilmu.
B.       Hubungan Filsafat Ilmu dengan Epistemologi
Filsafat ilmu secara sistematis merupakan cabang dari kajian epistemologi, epistemologi sendiri memiliki dua cabang yaitu filsafat ilmu dan filsafat pengetahuan. Objek material filsafat pengetahuan adalah gejala pengetahuan, objek material fisafat ilmu adalah mempelajari gejala ilmu menurut sebab pokoknya. Filsafat penelitian meneliti setiap pengetahuan dari gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, menggali kebenaran, kepastian dan tahap-tahapannya, objektivitas, abstraksi, intuisi, asal dan arah pengetahuan. Pertanyaan filsaat tidak dijawab dengan uji empiris melainkan dengan penalaran, dengan bantuan telaah epistemologi akan didapat pemahaman hakiki tentang karakter dari objek ilmu. Epistemologi tidak berakar pada periode pemikiran, tidak terkait pada prosedur praktis dan problem secara historis berkaitan dengan disiplin. Telaah dalam filsafat ilmu tergantung pada sarana dan alat untuk memproses ilmu harus selaras atau konsisten denan karekter objek material ilmu.
1.      Asumsi Beberapa Objek Ilmu
a.       Ilmu alam dan empiris
Ilmu empiris berpandangan mempelajari objek empiris dialam semesta dan berbagai gejala serta peristiwa yang mempunyai manfaat bagi manusia. Ilmu empiris mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain :
1)      Objek-objek tertentu mempunyai kesurupaan dalam hal bentuk, struktur, dan sifat. Sehingga ilmu tidak membahas mengenai kasus individual tetapi suatu kelas tertentu.
2)      Menganggap benda tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu, hal ini memungkinkan kita untuk melakukan penelitian  ilmiah terhadap objek yang kita selidiki.
3)      Menganggap gejala bukan kejadian kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu dan urut-urutkan kejadian yang sama.
b.      Ilmu abstrak
Ilmu abstrak merupakan ilmu yang tidak kasat mata dan tidak terbatas ruang dan waktu. Ilmu abstrak berfungsi untuk memperkuat tegaknya ilmu–ilmu yang lain. Objek dapat berupa konsep dan bilangan, ia berada dalam pemikiran manusia.
c.       Ilmu sosial dan kemanusiaan
Ilmu kemanusiaan juga mencakup ilmu sosial, ilmu ini merupakan ilmu empiris yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidup, ciri khas, tingkah laku induvidu atau bersama. Objek material ilmu sosial adalah tingkah laku dalam tindakan, bersifat bebas dan tidak deterministik, mengandung pilihan, tanggung jawab, makna pengertian, dan yang lain sehingga tidak bisasehingga tidak dapat diterapi dengan predikat “sebab-akibat”. Kensekuansi epistemologi untuk memahami fenomena manusia adalah sebagai objek alamiah. Objek ilmu kemanusiaan yaitu manusia secara keseluruhan, ia melampaui status objek-bojek disekitarnya. Peneliti dalam penilitian sosial juga sebagai objek, sehingga cara berfikir dalam ilmu sosial adaalah analog pada ilmu-ilmu alah cara berfikirnya analah univok. Karena ciri diatas maka ilmu kemanusiaan menggunakan titik pangkal data kriterium kebenaran dari ilmu-ilmu lainnya.
d.      Ilmu sejarah
Objek material imu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik kesaksian, alat, makam, rumah, tulisan, atau karya seni. Objek ilmu sejarah tidak dapt dieksperimen karena menyangkut masa lampau dan tidak dapat dikembalikan lagi. Karena banyak hal yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi terkait dalam penilaian, maka objek ativitas ilmu sejarah menjadi problem dalam menentukan objektivitas.
2.      Taraf-Taraf Kepastian Subjektivitas dan Objektivitas Ilmu
a.       Evidensi
Evidensi objek pengetahuan berkatian dengan taraf kepastian pengetahuan yang dimiliki subjek, taraf kepastian subkej dalam ilmu tertentu terjadi berdasarkan evidensi objek yagn dikenal. Evidensi dan kepastian perlu dikaji dari udut asli subjek dan objek dalam gejala pengetahuan manusia pada umumnya.
1)        Dalam ilmu-ilmu empiris
Semua ilmu empiris termasuk ilmu-ilmu kemanusiaan mengejar kepastian, tetapi taraf kepastian konkret dalam ilmu empiris bersifat bebas ( tidak ada paksaan untuk disetujui). Evidensi dan kepastian dalam ilmu empiris diwarnai subjektifitas yagn membangun dan objektivitas (diluar pengalaman subjek). Maksudnya, makin dekat ilmu tertentu dengan pengalaman manusia seutuhnya makin besar pula kesatuan subjek-objeknya dan makin besar pula peran subjek dalam kesatuan itu.
2)        Dalam ilmu-ilmu pasti
Dalam taraf context of discovery ilmu pastipun masih dalam taraf coba-coba, sedangakan dalam context of justification hanya ada ungkapan yang bersifat aksiometris dan dalil-dalil yang tidak terikat ruang dan waktu. Ilmu-ilmu pasti tidak bersifat empiris, sehingga evidensinya bersifat mutlak.
b.      Objektivitas
Ilmu dikatakan objektif karena mendekati fakta-fakta yang ada secara metodis, kesulitan khusus bagi ilmu manusia yaitu dalam prakteknya tidak dapat melakukan eksperimen secara netral. Walaupun pengalaman eksperimental ilmu-ilmu manusia dibutuhkan, maka hal yang memungkinkan yaitu arah menuju kemanusiaan  yang lebih baik serta utuh. Objektifitas ilmu alam merupakan objektifitas yang menyangkut apa yagn diberikan sebagai objek. Objek belum tentu sebuah benda tetapi semua yang tampak oleh panca indera manusia.
C.      Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Ilmu Lain
Filsafat ilmu berhubungan langsung dengan bagain-baigan dari filsafat sistematik lainnya, seperti ontologi(ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan(hakekat serta otensitas pengetahuan), logika(penyimpulan yang benar), metodologi(konsep metode), dan filsafat kesusilaan(nilai-nilai dan tanggung jawab).
1.      Ontologi merupakan cabang filsafat yang mempermasalahkan masalah “ada”. Filsafat ilmu berkaitan dengan ontologi karena dalam telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki landasan ontologis dari suatu ilmu. Landasan ontologis tersebut dapat dicari dengan menanyakan apa asumsi ilmu terhadap objek material dan objek formal.
2.      Epistemologi merupakan teori tentang pengetahuan, pembahasannya meliputi objek pengetahuan, sumber dan alat, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi berusaha menjawab masalah yang muncul dalam are tertentu, meliputi konsepsi spesifik tentang subjek, objek, dan hubungan keduanya dan itu dievaluasi dan menderivikasikan keterangan untuk mengevaluasi pengetahuan dari pengetahuan tentang hubungan.
3.      Logika merupakan cabang filsafat  yang persolannya begitu rumit dan luas, tetapi berkisar pada persoalan penyimpulan khususnya berkenaan dengan prinsip dan aturan yang absah. Tatanan logis merupakan syarat mutlak bagi suatu ilmu.
4.      Metodologi berkaitan dengan suatu konsep, ia mempersoalkan apa arti sebuah metode, apa sifat dasar metode, apa ada meotde khusus bagi imu. Filsafat ilmu mempersolakan masalah metodologik yaitu mengenai azas serta alasan apakah yang menyebabkan ilmu dapat memperoleh predikat pengetahuan ilmiah. Fungsi metodologi adalah menguji apakah metode yang digunakan dapat menghasilkan pengetahuan yang valid.
5.      Etika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan yang mempersoalkan baik dan buruk. Hubungan filsafat ilmu dengan etika adalah mengarahkan ilmu supaya tidak menyelakakan manusia tetapi membimbing ilmu suapaya dapat menjadi sarana mensejahterakan manusia.
D.      Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-Ilmu
1.      Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Filsafat dan ilmu mempunyai banyak kesamaan, kedua bidang itu tumbuh darisikap reflektif, sikap bertanya, dan dilandasioleh kecintaan tidak memihak terhadap kebenaran. Hanya saja kalau filsafat dapat mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu menanyakan asumsi, metode, kebenaran, dan keabsahan ilmu. Ilmu dalam pendekatannya lebih analitik dan deskriptif (berusaha menganalisa keseluruhan unsur yang menjadi bagian-bagiannya), sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik menghadapi sifat dan kualitas alam dan kehidupan sebagai keseluruhan. Ilmu dalam pendekatannya condong menghilangkan faktor subjektivitas dan nilai-nilai untuk mendapatkan objektivitas, sedangkan fisalfat berusaha menggabungkan benda dalam sintesa yang representatif dan menemukan artinya. Filsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai, dan bidang pengalaman.
2.      Spesialisasi Ilmu
Spesialisasi ilmu terjadi karena dewasa ini setiap pengetahuan terpisah-pisah, spesialisasi pendidikan  pekerjaan dan kemajuan dalam berbagai bidang menyebabkan jurang pemisah antar ilmu semakin lebar. Ilmu selain diperluas juga diperdalam oleh ilmuwannya, sehingga timbul sub-disiplin ilmu baru yang dapat menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Disiplin ilmu yang semakin maju maka akan cenderung menciptakan disiplin ilmu baru. Evolusi ilmu berlangsung menurut kecepatan dan percepatannya, kecepatan dapt berubah dari masa ke masa dan percepatan terjadi karena ada rangsangan dan kebutuhan.
3.      Kerjasama Filsafat dengan Ilmu
Filsafat dewasa ini secara kritis menganalisa konsep-konsep dan memeriksa asumsi dari ilmu demi arti dan validitasnya. Filsafat juga berusaha mengatur panadangan berbagai ilmu khusus kedalam suatau pandangan hidup dan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan konsisten. Hubungan filsafat dengan ilmu bermakna bahwa fisafat tidak akan berkembang baik jika terpisah dengan ilmu, dan ilmu juga tidak akan berkembang baik tanpa adanya kritik dari filsafat.filsafat membedakan antar ilmu dengan scientisme (pandangan yang memutlakan metode dan kebenaran ilmu, sehingga tidak ada kebenaran diluar ilmu). Hubungan filsafat dan ilmu lebih erat pada ilmu manusia daripada ilmu alam, karena ilmu alam lebih condong berwatak netral. Filsafat dapat menyumbang dalam memperlancar intregrasi antar ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan. Filsafat bertugas untuk membangun pandangan keseluruhan, kehidupan dan pandangan tentang alam, dan untuk mengitregrasikan pandangan ilmiah dengan pandangan lain supaya mendapatkan pemahaman menyeluruh dan konsisten. Studi multidisipliner mencirikan adanya pandangan dari berbagai sudut dan mendapatkan gambaran menyeluruh. Kerjasama disiplin ilmu dalam multidisipliner tidak menyatupadukan metodenya tetapi korespondensi antar disiplin yang otonom, pendekatan multidispliner tidak diarahkan menciptakan disiplin ilmu baru.
E.       Kesimpulan
       Berfikir secara filsafati adalah berfikir untuk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran yang terkait erat dengan aspek-aspek moral seperti kejujuran.filsafat mempunyai wilayah luas dan perhatian transenden daripada ilmu-ilmu. Filsafat ilmu meneliti hakekat ilmu, diantarannya paham kepastian, kebenaran, dan objektivitas. Filsafat ilmu merupakan pengetahuan tentang ilmu yang didekati secara filsafati dengan tujuan lebih mengfungsionalkan wujud keilmuan baik secara moral, intelektual, maupun sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar