A.
Latar Belakang Masalah
Permintaan akan jamur belakangan ini
semakin meningkat seiring dengan terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat
yang memperhatikan variasi jenis dan mutu makanan. Jamur yang menjadi salah
satu pilihan, persediaannya belumlah mencukupi. Keterbatasan keterampilan dalam
membudidayakan jamur juga menjadi salah satu penyebab rendahnya persediaan
jamur di pasar.
Komposisi dan kandungan jamur tiram per 100 gram adalah : protein 10,5
%-30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7%-2,2% dan serat 7,5%-8,7%. Sayuran jenis
jamur diproduksi tanpa pupuk dan pestisida, tanaman ini tumbuh murni dengan
memanfaatkan unsur hara pada kayu, dengan demikian jamur tiram diproduksi
dengan bahan organik.
Jamur
Tiram putih merupakan bahan sayuran yang mulai banyak diminati di Indonesia.
Jamur ini memiliki aroma yang khas karena mengandung muskorin, dan penting bagi
kesehatan karena mampu menyediakan kebutuhan gizi manusia tanpa harus menaikkan
tekanan darahnya. Di alam bebas jamur Tiram putih tumbuh liar secara saprofit
pada kayu lapuk atau kayu yang sedang mengalami proses pelapukan. Jamur ini
dapat pula dibudidayakan dengan menggunakan tempat tumbuh atau media tumbuh
yang sesuai untuk persyaratan perkembangbiakannya. Media tumbuh yang dapat
dipergunakan sebagai alternatif budidaya jamur ini dapat berasal dari limbah
pertanian dan industri. Limbah tersebut dalam jumlah besar apabila tidak diolah
dan dimanfaatkan dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan, serta
dalam waktu tertentu akan membahayakan.
B.
Perumusan Masalah
1.
Potensi
dan pemanfaatan jamur tiram sebagai makanan bergizi pengganti daging dan ikan.
2. Pemanfaatan limbah pertanian dan industri
sebagai alternatif media pertumbuhan jamur tiram.
C.
Tujuan Program
-
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian dan
industri serta mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah industri.
-
Membuat alternatif baru makana bergizi pengganti daging
dan ikan.
D.
Luaran Yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan adalah dapat membuat alternatif
makanan bergizi baru sebagai pengganti daging dan ikan dengan harga yang lebih
murah dan lebih mudah pemprosesannya.
E.
Kegunaan Program
-
Menghasilkan komposit limbah serbuk kayu dan plastik
dengan sifat yang terbaik, yaitu kuat dan tidak mudah pecah
-
Memotivasi mahasiswa dan pelajar untuk lebih kreatif
dan inovatif dalam menambah jenis makanan bergizi baru dan memanfaatkan limbah pertanian
dan industri.
F.
Tinjauan Pustaka
1. Manfaat budidaya
jamur tiram sebagai pengahasilan sampingan.
Jamur
tiram barangkali satu dari sedikit jenis sayuran berharga relatif mahal. Tiap
kilogram jamur tiram putih dijual Rp 12.000. Akan tetapi, bukan itu saja yang
menarik minat untuk membudidayakan jamur. Selain harga dan biaya produksi
murah, pasar jamur tiram juga terbuka. Sebagai salah satu pilihan usaha skala
kecil dan menengah, usaha jamur tiram
(Pleurotus ostreatus) bisa menjadi tambahan penghasilan. Bila dikelola serius, tidak
mustahil bisa berkembang menjadi usaha yang besar dan mandiri. Apalagi di
tengah krisis keuangan global, di mana banyak pekerja mengalami pemutusan
hubungan kerja. Alternatif pendapatan pun harus segera dicari. Dengan
menjalankan usaha sampingan jamur tiram, sekadar mendapat pendapatan Rp 3
juta-Rp 5 juta per bulan tidaklah terlalu sulit (kompas, 14 maret 2009). Selain
itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah dan dapat dilakukan sepanjang
tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. Jamur tiram cukup toleran terhadap
lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan
sampingan. Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat bentuk segar,
kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget. Rantai
budidaya jamur tiram dimulai dari; serbuk gergaji, pengayakan, pencampuran,
sterilisasi, inokulasi, inkubasi, spawn running, growing, dan pemanenan.
Krisnadi kemudian menjelaskan secara rinci mengenai budidaya jamur tiram. Untuk
media tanamnya dapat berupa serbuk kayu (gergajian), jerami padi, alang-alang,
limbah kertas, ampas tebu dan lainnya (anonim, 2009).
G.
Metode Pelaksanaan Program
1.
Alat dan
bahan
a.
Alat
-
Semprotan
air 3 buah
-
Sendok
semen 4 buah
-
Cangkul
1 buah
-
Ember 2
buah
-
Gunting 2
buah
-
Oven ukuran
2 x 1,5 x 0,5 m 1 buah
-
Rak
semai 20 buah
-
Karung
goni 100 buah
-
Gergaji
2 buah
-
Palu 4
buah
-
Sabit 3
buah
b.
bahan
-
plastik
polibag 2000 kantong
-
bambu 20
batang
-
atap
alang-alang 1 x 0,5 m 32 buah
-
serbuk
kayu 6 karung
-
kapur
dolomit/kapur bangunan 2 karung
-
dedak 20
kg
-
Bubuk gypsum
2 kg
-
semen 3
sak
-
batu
bata 200 bata
-
pasir 1
m3
2. Langkah kerja
a. Serbuk
kayu gergaji dan kapur dolomit atau kapur bangunan diaduk rata. Tambahkan air
secukupnya. Selama sehari semalam, campuran serbuk kayu gergaji dan kapur
dikompos.
b. Selanjutnya,
tambahkan dedak dan gypsum, lalu diaduk rata dan ditambah air lagi secukupnya.
Masukkan adukan itu dalam kantong plastik yang telah disediakan, dengan
kepadatan tertentu.
c. Setelah
itu, masukkan cincin dari bambu dengan diameter 4 sentimeter pada bagian atas
adonan, lalu plastik diikat.
d. Polibag
yang telah berisi adonan itu disusun dalam drum, lalu dikukus selama 8 jam.
Selanjutnya, didinginkan sehari semalam. Bila sudah dingin, masukkan bibit
jamur di ruang inokulasi secara serasi, dengan cara membuat lubang sedalam 6
sentimeter pada adonan itu.
e. Perhatikan
pula suhu ruangan, harus 28-30 derajat celsius, dengan kelembaban 92-96 persen.
Setelah 15 hari di ruang inkubasi, pindahkan media jamur ke ruang budidaya.
Tunggu 30-40 hari agar meselium jamur tumbuh putih merata.
f. Lalu
buka penutup media, dan jamur bisa dipanen 3-4 hari kemudian. Tanpa menebar
benih kembali, pemanenan jamur pada media yang sama bisa dilakukan hingga lima
kali.
H.
Jadwal Kegiatan Program
No.
|
Rencana Kegiatan
|
Bulan ke-1
|
Bulan ke-2
|
Bulan ke-3
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pembuatan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Seminar Rancangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pembuatan media dan tempat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyemaian bibit
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Panen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Perbaikan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penggandaan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Pengiriman Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
I. Daftar Pustaka
Anonim. 2009.
Keunggulan Dan Budidaya Jamur Tiram. http://
arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Liputankhusus&id=158949.
Istuti Wigati dan siti Nurbana. 2006. Budidaya
Jamur Tiram. Jawa Timur : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Sumarsih Sri. Budidaya Jamur Tiram
Dengan Berbagai Media. Jogjakarta
: Agroteknologi UPN.
Sumiati Eti Dr. 2006. Cara
Praktis Budidaya Jamur Tiram. Jawa Barat : Balai Penelitian Sayuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar