Filsafat ilmu secara sistematis merupakan cabang dari
kajian epistemologi, epistemologi sendiri memiliki dua cabang yaitu filsafat
ilmu dan filsafat pengetahuan. Objek material filsafat pengetahuan adalah
gejala pengetahuan, objek material fisafat ilmu adalah mempelajari gejala ilmu
menurut sebab pokoknya. Filsafat penelitian meneliti setiap pengetahuan dari
gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, menggali kebenaran, kepastian
dan tahap-tahapannya, objektivitas, abstraksi, intuisi, asal dan arah
pengetahuan. Pertanyaan filsaat tidak dijawab dengan uji empiris melainkan dengan
penalaran, dengan bantuan telaah epistemologi akan didapat pemahaman hakiki
tentang karakter dari objek ilmu. Epistemologi tidak berakar pada periode
pemikiran, tidak terkait pada prosedur praktis dan problem secara historis
berkaitan dengan disiplin. Telaah dalam filsafat ilmu tergantung pada sarana
dan alat untuk memproses ilmu harus selaras atau konsisten denan karekter objek
material ilmu.
1.
Asumsi Beberapa Objek Ilmu
a.
Ilmu alam dan empiris
Ilmu empiris berpandangan mempelajari objek empiris
dialam semesta dan berbagai gejala serta peristiwa yang mempunyai manfaat bagi
manusia. Ilmu empiris mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain :
1)
Objek-objek tertentu mempunyai kesurupaan dalam hal
bentuk, struktur, dan sifat. Sehingga ilmu tidak membahas
mengenai kasus individual tetapi suatu kelas tertentu.
2)
Menganggap benda
tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu, hal ini memungkinkan kita untuk
melakukan penelitian ilmiah terhadap
objek yang kita selidiki.
3)
Menganggap
gejala bukan kejadian kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu dan urut-urutkan
kejadian yang sama.
b.
Ilmu abstrak
Ilmu
abstrak merupakan ilmu yang tidak kasat mata dan tidak terbatas ruang dan
waktu. Ilmu abstrak berfungsi untuk memperkuat tegaknya ilmu–ilmu yang lain. Objek dapat berupa konsep dan bilangan, ia berada dalam
pemikiran manusia.
c.
Ilmu sosial dan
kemanusiaan
Ilmu
kemanusiaan juga mencakup ilmu sosial, ilmu ini merupakan ilmu empiris yang
mempelajari manusia dalam segala aspek hidup, ciri khas, tingkah laku induvidu
atau bersama. Objek material ilmu sosial adalah tingkah laku dalam tindakan,
bersifat bebas dan tidak deterministik, mengandung pilihan, tanggung jawab,
makna pengertian, dan yang lain sehingga tidak bisasehingga tidak dapat
diterapi dengan predikat “sebab-akibat”. Kensekuansi epistemologi untuk
memahami fenomena manusia adalah sebagai objek alamiah. Objek ilmu kemanusiaan
yaitu manusia secara keseluruhan, ia melampaui status objek-bojek disekitarnya.
Peneliti dalam penilitian sosial juga sebagai objek, sehingga cara berfikir dalam
ilmu sosial adaalah analog pada ilmu-ilmu alah cara berfikirnya analah univok.
Karena ciri diatas maka ilmu kemanusiaan menggunakan titik pangkal data
kriterium kebenaran dari ilmu-ilmu lainnya.
d.
Ilmu sejarah
Objek
material imu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik kesaksian, alat,
makam, rumah, tulisan, atau karya seni. Objek ilmu sejarah tidak dapt
dieksperimen karena menyangkut masa lampau dan tidak dapat dikembalikan lagi.
Karena banyak hal yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi terkait dalam
penilaian, maka objek ativitas ilmu sejarah menjadi problem dalam menentukan
objektivitas.
2. Taraf-Taraf
Kepastian Subjektivitas dan Objektivitas Ilmu
a.
Evidensi
Evidensi
objek pengetahuan berkatian dengan taraf kepastian pengetahuan yang dimiliki
subjek, taraf kepastian subkej dalam ilmu tertentu terjadi berdasarkan evidensi
objek yagn dikenal. Evidensi dan kepastian perlu dikaji dari udut asli subjek
dan objek dalam gejala pengetahuan manusia pada umumnya.
1)
Dalam ilmu-ilmu
empiris
Semua
ilmu empiris termasuk ilmu-ilmu kemanusiaan mengejar kepastian, tetapi taraf
kepastian konkret dalam ilmu empiris bersifat bebas ( tidak ada paksaan untuk
disetujui). Evidensi dan kepastian dalam ilmu empiris diwarnai subjektifitas
yagn membangun dan objektivitas (diluar pengalaman subjek). Maksudnya, makin
dekat ilmu tertentu dengan pengalaman manusia seutuhnya makin besar pula
kesatuan subjek-objeknya dan makin besar pula peran subjek dalam kesatuan itu.
2)
Dalam ilmu-ilmu
pasti
Dalam
taraf context of discovery ilmu pastipun masih dalam taraf coba-coba,
sedangakan dalam context of justification hanya ada ungkapan yang
bersifat aksiometris dan dalil-dalil yang tidak terikat ruang dan waktu.
Ilmu-ilmu pasti tidak bersifat empiris, sehingga evidensinya bersifat mutlak.
b.
Objektivitas
Ilmu
dikatakan objektif karena mendekati fakta-fakta yang ada secara metodis,
kesulitan khusus bagi ilmu manusia yaitu dalam prakteknya tidak dapat melakukan
eksperimen secara netral. Walaupun pengalaman eksperimental ilmu-ilmu manusia
dibutuhkan, maka hal yang memungkinkan yaitu arah menuju kemanusiaan yang lebih baik serta utuh. Objektifitas ilmu
alam merupakan objektifitas yang menyangkut apa yagn diberikan sebagai objek.
Objek belum tentu sebuah benda tetapi semua yang tampak oleh panca indera
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar