Cari Blog Ini

Rabu, 24 Oktober 2012

hubungan filsafat ilmu dengan epistemologi



Filsafat ilmu secara sistematis merupakan cabang dari kajian epistemologi, epistemologi sendiri memiliki dua cabang yaitu filsafat ilmu dan filsafat pengetahuan. Objek material filsafat pengetahuan adalah gejala pengetahuan, objek material fisafat ilmu adalah mempelajari gejala ilmu menurut sebab pokoknya. Filsafat penelitian meneliti setiap pengetahuan dari gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, menggali kebenaran, kepastian dan tahap-tahapannya, objektivitas, abstraksi, intuisi, asal dan arah pengetahuan. Pertanyaan filsaat tidak dijawab dengan uji empiris melainkan dengan penalaran, dengan bantuan telaah epistemologi akan didapat pemahaman hakiki tentang karakter dari objek ilmu. Epistemologi tidak berakar pada periode pemikiran, tidak terkait pada prosedur praktis dan problem secara historis berkaitan dengan disiplin. Telaah dalam filsafat ilmu tergantung pada sarana dan alat untuk memproses ilmu harus selaras atau konsisten denan karekter objek material ilmu.
1.      Asumsi Beberapa Objek Ilmu
a.       Ilmu alam dan empiris
Ilmu empiris berpandangan mempelajari objek empiris dialam semesta dan berbagai gejala serta peristiwa yang mempunyai manfaat bagi manusia. Ilmu empiris mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain :
1)      Objek-objek tertentu mempunyai kesurupaan dalam hal bentuk, struktur, dan sifat. Sehingga ilmu tidak membahas mengenai kasus individual tetapi suatu kelas tertentu.
2)      Menganggap benda tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu, hal ini memungkinkan kita untuk melakukan penelitian  ilmiah terhadap objek yang kita selidiki.
3)      Menganggap gejala bukan kejadian kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu dan urut-urutkan kejadian yang sama.
b.      Ilmu abstrak
Ilmu abstrak merupakan ilmu yang tidak kasat mata dan tidak terbatas ruang dan waktu. Ilmu abstrak berfungsi untuk memperkuat tegaknya ilmu–ilmu yang lain. Objek dapat berupa konsep dan bilangan, ia berada dalam pemikiran manusia.
c.       Ilmu sosial dan kemanusiaan
Ilmu kemanusiaan juga mencakup ilmu sosial, ilmu ini merupakan ilmu empiris yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidup, ciri khas, tingkah laku induvidu atau bersama. Objek material ilmu sosial adalah tingkah laku dalam tindakan, bersifat bebas dan tidak deterministik, mengandung pilihan, tanggung jawab, makna pengertian, dan yang lain sehingga tidak bisasehingga tidak dapat diterapi dengan predikat “sebab-akibat”. Kensekuansi epistemologi untuk memahami fenomena manusia adalah sebagai objek alamiah. Objek ilmu kemanusiaan yaitu manusia secara keseluruhan, ia melampaui status objek-bojek disekitarnya. Peneliti dalam penilitian sosial juga sebagai objek, sehingga cara berfikir dalam ilmu sosial adaalah analog pada ilmu-ilmu alah cara berfikirnya analah univok. Karena ciri diatas maka ilmu kemanusiaan menggunakan titik pangkal data kriterium kebenaran dari ilmu-ilmu lainnya.
d.      Ilmu sejarah
Objek material imu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik kesaksian, alat, makam, rumah, tulisan, atau karya seni. Objek ilmu sejarah tidak dapt dieksperimen karena menyangkut masa lampau dan tidak dapat dikembalikan lagi. Karena banyak hal yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi terkait dalam penilaian, maka objek ativitas ilmu sejarah menjadi problem dalam menentukan objektivitas.
2.      Taraf-Taraf Kepastian Subjektivitas dan Objektivitas Ilmu
a.       Evidensi
Evidensi objek pengetahuan berkatian dengan taraf kepastian pengetahuan yang dimiliki subjek, taraf kepastian subkej dalam ilmu tertentu terjadi berdasarkan evidensi objek yagn dikenal. Evidensi dan kepastian perlu dikaji dari udut asli subjek dan objek dalam gejala pengetahuan manusia pada umumnya.
1)        Dalam ilmu-ilmu empiris
Semua ilmu empiris termasuk ilmu-ilmu kemanusiaan mengejar kepastian, tetapi taraf kepastian konkret dalam ilmu empiris bersifat bebas ( tidak ada paksaan untuk disetujui). Evidensi dan kepastian dalam ilmu empiris diwarnai subjektifitas yagn membangun dan objektivitas (diluar pengalaman subjek). Maksudnya, makin dekat ilmu tertentu dengan pengalaman manusia seutuhnya makin besar pula kesatuan subjek-objeknya dan makin besar pula peran subjek dalam kesatuan itu.
2)        Dalam ilmu-ilmu pasti
Dalam taraf context of discovery ilmu pastipun masih dalam taraf coba-coba, sedangakan dalam context of justification hanya ada ungkapan yang bersifat aksiometris dan dalil-dalil yang tidak terikat ruang dan waktu. Ilmu-ilmu pasti tidak bersifat empiris, sehingga evidensinya bersifat mutlak.
b.      Objektivitas
     Ilmu dikatakan objektif karena mendekati fakta-fakta yang ada secara metodis, kesulitan khusus bagi ilmu manusia yaitu dalam prakteknya tidak dapat melakukan eksperimen secara netral. Walaupun pengalaman eksperimental ilmu-ilmu manusia dibutuhkan, maka hal yang memungkinkan yaitu arah menuju kemanusiaan  yang lebih baik serta utuh. Objektifitas ilmu alam merupakan objektifitas yang menyangkut apa yagn diberikan sebagai objek. Objek belum tentu sebuah benda tetapi semua yang tampak oleh panca indera manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar