Cari Blog Ini

Jumat, 28 September 2012

Aliran-Aliran FIlsafat



1.      Aliran-aliran dalam persoalan keberadaan
Pertama, keberadaan dipandang dari segi jumlah atau kuantitas, segi kuantitas ini menimbulkan beberapaaliran filsafat sebagai jawabannya yaitu :
a.       Monisme, mrupakan aliran yang menyatakan hanya ada satu kenyataan fundamental.
b.      Dualisme, merupakan aliran yang menganggap adanya dua subtansti yang berdiri sendiri-sendiri. 
c.       Pluralisme, merupakan aliran yang mengakui ada banyak substansi.
Kedua, Keberadaan yang dipandan dari segi kualitas menimbulkan beberapa aliran, yaitu :
a.     Spiritualisme, yang mengandung arti menyatakan kenyataaan yang terdalam adalah roh, dikenakan pada idealistik yang menyatakan adanya roh mutlak, atau untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama.
b.      Matrialisme, merupakan pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada hal kecuali materi atau sesuatu yang dapat diraba, berbentuk, dna menempati ruang.
Ketiga, keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian, atau perubahan. Aliran yang berusaha menjawab persoalan tersebut adalah :
a.         Mekanisme, menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarkan asas-asas mekanik.
b.         Teleologi, berpendirian bahwa kejadian alam bukan sebab akibat melaikan memiliki tujuan tertentu.
c.         Vitalisme, memandang kehidupaan tidak dapat dijelaskan secara kimia fisik, karena hakekatnya  berbeda dengan yang tidak hidup.
d.        Organisisme, aliran ini merupakan perlawanan dari aliran mekanismedan vitalisme.
2.      Aliran-aliran dalam persoalan pengetahuan
Persoalan pengetahuan berhubungan dengan sumber pengetahuan dan dijawab dengan aliran berikut ini :
a.         Rasionalisme, menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal. Rasionalimse mendasari cara berfikif secar umum menuju kekhusus atau deduktif.
b.         Empirisme, menyatakan bahwa semua pengetahuan diperoleh dari indera yang terakumulasi menjadi sebuah pengalaman.
c.         Realisme, merupakan cara berfikir yang menyatakan bahea objek yang diketahui adalah  nyata dari dirinya sendiri tidak bergantung pada yang mengetahui, atau yang menyerap.
d.        Kritisme, merupakan aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan melalui pikiran dengan melihat persoalan mengumpulkan data dan menata sehingga diperoleh jawaban dari pengetahuan.
Persoalan pengetahuan yang menekankan hakikat pengetahuan dijawab dengan aliran-aliran berikut :
a.         Idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan merupakan proses mental atau psikologis yang bersifat subjektif.
b.         Empirisme, hakikat pengetahuan berasal dari pengalaman.
c.         Positivisme, berpendirian bahwa kepercayaan dogmatis harus diganti dengan pengetahuan faktawi.
d.        Pragmatisme, bersifat menanyakan tentang guna pengetahuan tersebut.
3.      Aliran-aliran dalam persoalan nilai (etika)
a.       Idelaisme Etis, aliran yang meyakini hal berikut :
Ø Adanya skala nilai, asas moral, atau aturan berjalan.
Ø Lebih mengutamakan hal yang bersifat spiritual atau mental.
Ø Mengutamakan kebebasan moral.
Ø Mengutamakan hal yang umum.
b.       Deontologisme etis, berpendirian bahwa suatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan.
c.       Etika teleologis, berketentuan bahwa kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung pada suatu hasil.
d.      Hedonisme, menganjurkan untuk mencapai kebahariaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. 
e.  Utilitarisme, aliran yang menyatakan bahwa tindakan yang baik merupakan tindakan yang menimbulkan kebahagiaan sebesar-besarnyabagi manusia sebanyak-banyaknya.

Cabang-Cabang FIlsafat



Persolan filsafat selain mendeskripsikan cir juga dapat dibagi menurut jenisnya, antara lain :
Ø Persoalan keberadaan (being) yang berhubungan dengan cabang filsafat metafisika.
Ø Persoalan pengetahuan (knowledge) yang berhubungan dengan filsafat logika.
Ø Persoalan nilai-nilai (Values) yang berhubungan dengan filsafat estetika.
1.      Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa ynani yang berarti sesuatu dibalik benda fisik, yang berarti sebagai sebuah pemikiran tentang sifat yang terdalam dari kenyataan. Persoalan metafisis dibagi menjadi tiga yaitu persoalan ontologi (keberadaan), kosmologi (alam), dan antropologi (manusia).
2.      Epistemologi
Epistemologi disebut juga teori pengetahuan (theory of knowledge), yang berarti cabang ilmu filsafat yang mempelajari sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
3.      Logika
Logika merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan berfikir, dan dapat didefinisikan sebaai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berfikir secar lurus.
4.      Etika
Etika disebut juga filsafat moralmerupakan tingkah laku manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas yang bermoral atau tidak bermoral.
5.      Estetika
Estetika merupakan cabang ilmu filsfat tentang keindahan,sehingga dikaitkan dengan keindahan dan kejelekan. Estetika berhubungan dengan nilai diluar moral.

Berfikir Secara Filsafat



Berfilsafat identik dengan berfikir, sedangkan berfikir belum tentu identik dengan berfilsafat. Berfilsafat merupakan berfikir dengan ciri tertentu, adapun ciri-cirinya adalah :
1.      Berfikir secara radikal, merupakan cara berfikir sampai hakekat, esensi, atau kesubstansi hal yang dipikirkan.
2.      Berfikir ecara universal, merupakan cara berfikir tentang hal dan proses yang bersifat umum.
3.      Berfikir secar konseptual, merupakan cara berfikir yang melampaui batas pengalaman sehari-hari.
4.      Berfikir secara koheren dan konsisten, merupakan cara berfikir yang logis dan runtut dalam cakupan saling mendukung bukan kontradiktif.
5.      Berfikir secar sistematis, merupakan cara berfikir yang runtut, teratur, dan saling berhubungan yang mengandung makna dan tujuan tertentu.
6.      Berfikir secar komprehensif, merupakan cara berfikir yang mencangkup semua atau menyeluruh dan tidak ada hal yang berada diluar pemikiran tersebut.
7.      Berfikir secar bebas, merupakan cara berfikir yang mengembangkan pikiran dengan bebas namun memiliki disiplin yang ketat menurut pikiran itu sendiri.
Berfikir secara bertanggung jawab,  merupakan cara berfikir yang berusaha mengajak orang lain ikut dalam alam  pikirannya.

Persoalan FIlsafat



Filsafat timbul karena adanya rasa kagum dan heran, orang yang merasa heran berarti merasa tidak tahu atau dia menghadapi persoalan. Persoalan inilah yang ingin dicari jawabanya oleh filsuf, diperoleh dengan cara melakukan refleksi yaitu berfikir tentang pikirannya sendiri. Persoalan fisafat berbeda dari persoalan non-filsafat dilihat dari materi dan ruang lingkupnya. Ciri persoalan filsafat sebagai berikut :
1.      Bersifat sangat umum, maksudnya persolan filsafat tidak hanya fokus pada satu masalah saja tetapi bersifat menyeluruh atau global.
2.      Tidak menyangkut fakta, pesoalan yang ditimbulkan filsafat adalah pesoalan yang bersifat abstak sehingga tidak dapat dilihat langsung dengan mata.
3.      Bersangkutan dengan nilai-nilai moral, estetis, agama, dan sosial; sehingga tidak dapat langusng dijawab secara gamblang. Hali ini dapat berfungsi untuk menilai sebuah tindakan, memberikan bimbingan, dan mengadakan pilihan.
4.      Bersifat kritis, karena persoalan yang bisa terselesaikan dengan nyata selalu dikaji ulang untuk dapat melihat dari sisi yang lain.
5.      Bersifat sinoptik, yaitu mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6.      Bersifat implikatif, artinya persoalan yang sudah terjawab akan menimbulkan masalah baru yang saling berhubungan.